
KEPALA Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga dan aktivitas operasional perbankan tetap optimal untuk memberikan layanan keuangan bagi masyarakat.
“Di Agustus 2025, kredit tumbuh 7,56% year-on-year (yoy) (Juli 2025: 7,03%) menjadi Rp8.075,0 triliun,” kata Dian saat Konferensi Pers RDK, Kamis, (9/10).
Berdasarkan jenis penggunaan, Dian memaparkan bahwa kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,86%, diikuti oleh Konsumsi Kredit 7,89%, sedangkan kredit modal kerja tumbuh 3,53% yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 10,79%, sedangkan kredit UMKM tumbuh sebesar 1,35%.
Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tercatat tumbuh tinggi secara tahunan mencapai double digit. Sektor pertambangan dan spesies tercatat tumbuh 20,13%, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 22,53% dan aktivitas jasa lainnya tumbuh 28,35%,” jelas Dian.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 8,51% yoy dari yang sebelumnya pada Juli 2025 berada di angka 7,00% yoy menjadi Rp9.385,8 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 15,01%, 5,52%, dan 5,73% yoy.
Dian juga menuturkan bahwa likuiditas industri perbankan pada Agustus 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 120,25% dan 27,25% atau di atas ambang batas masing-masing sebesar 50% dan 10%. Sedangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 202,62%.
Dian menyatakan, penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan. Dibandingkan tahun sebelumnya, rerata suku bunga kredit rupiah tercatat turun 44 bps untuk kredit investasi dan turun 31 bps untuk kredit modal kerja. Sementara dari sisi penghimpunan dana, suku bunga deposito rupiah juga terpantau mulai menurun dibandingkan bulan lalu yakni 5,24% pada Agustus 2025 (Juli 2025 : 5,36%).
Di sisi lain, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL grosssebesar 2,28% dan NPL net 0,87%. Untuk Loan at Risk (LaR) relatif stabil, tercatat sebesar 9,73% dan rasio LaR tercatat stabil seperti di level sebelum pandemi.
Selain itu, ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 26,03% dari yang sebelumnya di angka 25,88% pada Juli 2025 yang menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk antisipasi. kondisi wilayah global.
Di samping pengembangan dan penguatan di bidang perbankan, OJK juga telah menerbitkan POJK Nomor 19 Tahun 2025 tentang kemudahan akses pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM yang bertujuan untuk mendorong perbankan dan lembaga keuangan non-bank agar lebih menyeluruh memberikan pembiayaan atau kredit kepada UMKM yang lebih mudah, lebih tepat, cepat, murah, dan inklusif.
Selain itu, porsi kredit perbankan Buy Now Pay Later (BNPL) tercatat sebesar 0,30% dari total kredit perbankan dan terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Agustus 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 32,35% yoy (Juli 2025: 33,56% yoy) menjadi Rp24,33 triliun (Juli 2025: Rp24,05 triliun), dengan jumlah rekening mencapai 29,33 juta (Juli 2025: 28,25 juta). (E-4)