
KETUA Umum Indonesia-India Youth Forum (IIYF) Ravindra menyoroti satu tahun perjalanan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang menjadi momentum evaluasi arah pembangunan nasional. Ravindra mengaku mendukung langkah efisiensi pemerintahan yang dilakukan secara efektif, terukur, dan berbasis hasil (hasil berdasarkan pemerintahan).
Namun demikian, ia menilai efisiensi harus dipahami bukan sekadar pengurangan anggaran, melainkan merekonstruksi cara kerja birokrasi agar lebih responsif terhadap tantangan nasional dan global.
“Efisiensi pemerintahan perlu dimaknai sebagai perbaikan tata kelola bukan penghematan semata. Yang kita perlukan adalah pemerintahan yang adaptif, gesit, dan mampu memastikan setiap kebijakan memberi nilai tambah bagi kesejahteraan rakyat,” ujar Ravindra, melalui keterangannya, Sabtu (18/10).
Ravindra menilai sektor ekonomi, ketahanan pangan, dan konservasi menjadi pilar yang saling berkaitan dan menentukan posisi Indonesia dalam peraturan internasional. Menurutnya, strategi ekonomi efisien harus mengutamakan hilirisasi industri berbasis sumber daya domestik dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
“Kemandirian ekonomi nasional tidak bisa lepas dari kemandirian pangan dan konservasi. Ini bukan hanya soal kesejahteraan, tapi juga keamanan,” tegasnya.
Sedangkan ketahanan pangan, Ravindra menyoroti pentingnya modernisasi sistem pertanian dan penelitian integrasi di seluruh negara. Ravindra menyebut Indonesia perlu membangun model kerja sama Selatan-Selatan, khususnya dengan India dalam pengembangan teknologi pertanian berkelanjutan.
“India punya pengalaman panjang dalam reformasi agraria dan manajemen pangan. Kolaborasi india-India dapat memperkuat posisi kedua negara sebagai kekuatan pangan di Asia Selatan dan Asia Tenggara,” ungkapnya.
Sementara di sektor perlindungan dan keamanan, Ravindra menilai arah kebijakan Prabowo untuk memperkuat pertahanan industri dalam negeri dan mendorong transfer teknologi merupakan langkah strategis. Namun, ia menekankan pentingnya modernisasi pertahanan dengan diplomasi keamanan regional, agar Indonesia tidak terjebak dalam kompetisi senjata, melainkan menjadi aktor penyeimbang di Indo-Pasifik.
“Efisiensi di sektor pertahanan tidak berarti pengurangan kekuatan, tetapi memperkuat koordinasi, inovasi, dan aliansi strategis. Di sini diplomasi pemuda dan kerja sama internasional memainkan peran penting,” ujarnya.
Ravindra menekankan akan terus mengawali pembangunan Indonesia, agar tetap berpijak pada efisiensi yang adil, inovatif, dan berdaya saing global.
“Satu tahun pemerintahan Prabowo adalah waktu yang cukup untuk melihat arah kebijakan. Sekarang saatnya memastikan efisiensi menjadi katalis efektivitas dan keinginan pembangunan nasional,” tutupnya. (E-4)

