
Jenis Kelamin Diskriminasi Di Dunia Kerja Masih Menjadi Persoalan Yang Kompleks Di Indonesia. Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu Menyoroti Bahwa Meskipun Ada Kemjuan Dalam Penghapaitan Diskriminasi Terhadap Perempuan, Masih Terdapat Stagnasi Dan Bahkan Kemunduran Dalam Berbagai Aspek.
Ninik Mengakui Bahwa Ada Peningkatan Dalam Angka Kesetaraan Gender Di Berbagai Sektor. IA Mencontohkan Bagaimana Aksses Perempuan Ke Pendidikan Dasar Dan Menengah Suda Hampir Setara Delangan Laki-Laki. Bahkan di Sektor Militer, Ada Perkembangan Positif.
Meski Ada Kemjuan, Stagnasi Dalam Penghapatan Diskriminasi Jender Masih Terjadi, Terutama Di Dunia Pendidikan Tinggi Dan Kepemimpinan.
“Kalau Kita lhates Aksses Perempuan Terhadap Pendidikan Sudaah Sangan Hampir Sama untuk Tingkat Sd, Sltp Masih Sama. TAPI SLTA, Perguruan Tinggi, Apalagi Sampai Doktor, Sampai Guru Besar, Itu Kemudian Kita Betul-Betul Akan Jauh Berbedada Dibandingkan Akses Pada Laki, ”Jelasnya Denpasi Denpasrus Denpasrus Denpasrus Denpasrus Denpasa (Jelasnya Denpasi Denpasi Denpasi Denpasi Denpasi Denpasi Denpasi Denpasi, Denpusi Denpasi, Denpusi Denpasi, Denpusi,
Di Dunia Kerja, Regulasi Yang Seharusnya Melindungi Perempuan Justru Sering Kali Tidak Memiliki Infrastruktur Pendukung. Ninik Menyoroti Bagaimana Banyak Aturan Yang Masih Memperuat Diskriminasi. “Ada ATuran Taku Tidak Ada Infrastruktur Dan Dukungan Sumber Daya Yang Cukup,” Katananya.
IA Menjelaskan, Meskipun Saat Ini Ada Kesaman Upah, Kesama Peluang Kerja, Namun Pada Praktiknya Seringkali Meleset. Karena Nyatananya Lebih Banyak Laki-Laki Yang Diterima Bekerja di Level Berbagai, Terutama Sektor Swasta.
“Balik Lagi, Laki-Laki Yang Diterima. Kenapa? Karena Dianggap Perempuan Itu Ribet.ada cuti hamil, cuti melahirkan, cuti Menyusui, cuti haid. Ini buang swasta merugikan,” jelasnya.
Selain Itu, Di Sektor Militer, Misalnya, Alasan Perempuan Tidak Bisa Menduduki Posisi Komando Masih Digunakan Untuc Membatasi Akeka Mereka. “Tahun Ini Lagi-Lagi Tidak Menerima Gelangan Alasan Bahwa Percuma. Perempuan Tidak Bisa Pegang Komando, ”Ungkapnya.
Alasan Lain Yang Digunakan Adalah Kekhawatiran Bahwa Perempuan Yang Bertugas di Medan Perang Akan Mengalami Kekerasan Seksual. “Menempatkan Perempuan Tidak Dalam Posisi Yang Sama. Menganggap Perempuan Itu Lemah, Tidak Bisa Menjaga Diri, Tidak Bisa Memimpin, ”Tegasnya.
Tantu ITU, ia Mendorong Berbagai Pihak untuk mertiptakan Ekosistem kerja Yang Berkeadilan Bagi Perempuan, Termasuk Pemahaman Mengenai Cuti-Cuti Khusus Yang Berhak Didapatkan.
“Perlu Dibangun Pengesaruan Bahwa Cuti-Cuti Tadi Itu Adalah Bagian Dari Dukungan Pada Perempuan Yang Memang Punya Tanggung Jawab Pada Kesehatan Jawiran Tangpan. Bangsa, “Pungkas Dia. (H-1)